.....apa yang terjadi. Sebagai alumni apalagi perintis
sudah menjadi tugas kami untuk memeperbaiki, hal yang sekiranya bisa
diperbaiki. Selama masih dalam ranah dan koridor sebagai alumni, kami akan
berkontribusi. Sejujurnya, selama liburan timbul rasa tak ingin menjadi guru
pejuang abad 21 sebagaimana visi kampus. Akan tetapi, setelah mengetahui
kondisi pondok pesantren yang dulu telah membentuk pribadi ini, timbul rasa
yang sangat besar untuk kembali, kembali berkontribusi, kembali mengabdi.
Liburan (KKN) mulai habis, H – 3. Akhir liburan sangat bertepatan dengan acara expo campus 2018 di sekolah. Acara expo bukanlah tujuan utama, tapi menyambung tali silaturahmi menjadi dambaan tiap alumni. Berkumpul dan bercerita, berbagi pengalaman yang menumbuhkan sifat dan karakter pribadi yang baru. Alhamdulillah di acara expo berkesempatan mengisi acara disesi “iktiar dan menyikapi kegagalan”. Segala hal sesuai dengan permintaan disampaikan. Harapan kami kepada adik kelas sebagai penerus kami, memiliki tekad yang kuat, langkah langkah yang nyata serta memiliki mental gagal supaya siap menghadapi kegagalan yang tak bisa diprediksi.
Mental
gagal, sama halnya dengan yang terjadi di KKN pertama di semester pertama pada
tahun 2018. Tiap mahasiswa diberi amanah untuk KKN di sekolah asal, dengan
rincian tugas :
1.
Sit In Class
(Observasi KBM) di kelas sesuai dengan prodi selama 8 x pertemuan
2.
Membuka kelas
selama 4 x pertemuan
3.
Mengajar di TPQ selama
6 x pertemuan
4.
PMB (mencari
Mahasiswa baru) minimal di 2 sekolah selain sekolah asal
5.
Observasi/Melatih
kegiatan Pramuka 1 x
6.
Tugas lainnya yang
relevan dengan keguruan dan pendidikan
Adapun kegagalan yang telah saya alami pada KKN kali ini
:
1.
Sit In Class
(Observasi KBM) di kelas sesuai dengan prodi selama 3 x pertemuan
2.
Membuka kelas
selama 2 x pertemuan
3.
Tidak mengajar di
TPQ sama sekali
4.
PMB di 1 sekolah
selain sekolah asal
5.
Observasi kegiatan
Pramuka 1 x
Itulah yang saya alami dan itulah yang telah terjadi,
sangat besar rasa bersalah. Merasa menjadi orang yang tidak bertanggung jawab,
merasa menjadi orang yang tidak bisa diberi kepercayaan. Justru dengan semua
kegagalan yang terjadi, semakin membuat diri ini tidak yakin mampu menjadi
seorang guru. Semangat itu telah hilang. Waktu pelaksanaan telah usai. Semuanya
tak dapat diulang. Hanya mampu mencoba, untuk tidak mengulanginya di tahun berikutnya.
Saya merasa gagal...... (bersambung)
Komentar
Posting Komentar